ArtikelUmum

Ciri, Jenis, Manfaat serta Indikator EBT di Indonesia

Indikator EBT: Solusi Perubahan Iklim dan Lingkungan

Saat ini,  perubahan iklim dan lingkungan menjadi salah satu isu global yang mendesak untuk diatasi. Salah satu cara mengurangi dampak negatifnya adalah dengan memanfaatkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), serta memaksimalkan capaian indikator EBT tersebut.

Energi Baru Terbarukan (EBT), yang juga dikenal sebagai Renewable Energy mengacu pada sumber daya energi yang dapat diperbaharui secara alami dan tidak akan habis. Itu sebabnya, ini adalah opsi yang lebih ramah lingkungan. Untuk memahami apa itu energi terbarukan Anda perlu membaca artikel ini lebih lanjut!

Jenis Energi Terbarukan

Sesuai penjelasan di atas, EBT adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber-sumber alam yang dapat terus-menerus diperbarui tanpa merusak lingkungan. Sebelum membahas lebih lanjut terkait indikator EBT, ketahui dulu jenis-jenisnya berikut ini:

1. Tenaga Air (Hydropower)

Tenaga-Air-Indikator-EBT-SucofindoEnergi ini diperoleh dari aliran air seperti sungai, laut, atau bendungan. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal ini, dengan banyaknya sungai dan air terjun yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.  Salah satu pembangkit listrik tenaga air terbesar yang dimiliki Indonesia berada di Sulawesi Tengah, yaitu Pembangkit Listrik Poso.

2. Energi Surya (Solar Energy)

Energi-Surya-Indikator-EBT-Sucofindo

Energi surya adalah energi yang diperoleh dari sinar matahari dengan memanfaatkan panel surya. Saat ini, sudah ada banyak daerah di Indonesia yang memiliki instalasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Misalnya PLTS Terapung Cirata Indonesia. Meskipun potensi tenaga surya sebagai energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sangat besar, namun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti pembiayaan proyek, perizinan, dan infrastruktur pendukung.  

3. Tenaga Angin (Wind Energy)

Tenaga-Angin-Indikator-EBT-Sucofindo

Energi ini memanfaatkan energi kinetik dari angin untuk memutar turbin angin. Salah satu contoh penerapannya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLT Bayu) Sidrap yang terletak di di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. 

4. Energi Panas Bumi (Geothermal)

Geothermal-Indikator-EBT-Sucofindo

Sesuai namanya, energi ini berasal dari energi panas yang dihasilkan secara alami di dalam bumi. Panas bumi adalah energi yang ekonomis, berkelanjutan, ramah lingkungan, dan cukup berlimpah di Indonesia, contohnya seperti pada PLTP Sarulla.

5. Biomassa (Biomass Energy)

Biomassa-Indikator-EBT-SucofindoEnergi ini berasal dari bahan organik seperti limbah pertanian, kayu, atau bahkan sampah. Penggunaan biomassa untuk pembangkit listrik di Indonesia mulai berkembang, salah satunya melalui PLTBM Pulubala di Gorontalo dengan sumber energi dari biomassa tongkol jagung.

6. Energi Ombak (Wave Energy)

Energi-Ombak-Indikator-EBT-Sucofindo

Energi gelombang laut atau ombak berasal dari tekanan gelombang air laut yang naik turun. Karena Indonesia merupakan negara maritim yang letaknya berada di antara dua samudera, maka potensi penerapannya cukup tinggi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Guru Besar Oseanografi Universitas Maryland terkait potensi energi laut Indonesia.

We are exceptionally well-suited because we have the Indonesian Throughflow and, secondly, we have tides.

Ciri-Ciri Energi Terbarukan

Ciri-ciri atau indikator EBT dapat diketahui dengan mengidentifikasi beberapa aspek, mulai dari ketersediaan, tingkat emisi, dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa ciri-cirinya:

1. Berasal dari Sumber Daya Alami

Energi terbarukan berasal dari sumber daya alam yang melimpah dan dapat diperbaharui, seperti matahari, angin, air, dan biomassa.

Ciri utama dari energi terbarukan adalah bahwa sumber-sumber ini tidak akan habis atau terkuras seiring waktu. Contohnya, matahari akan selalu bersinar, angin akan terus berhembus, dan air akan terus mengalir tanpa ada batas waktu.

2. Ramah Lingkungan

Terakhir, penggunaan EBT tidak menghasilkan emisi karbon atau polusi lainnya, sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, energi terbarukan juga tidak bergantung pada bahan bakar fosil yang terbatas dan menimbulkan pencemaran.

3. Rendahnya Emisi GRK

Salah satu ciri penting dari energi terbarukan adalah bahwa penggunaannya cenderung menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih rendah dibandingkan sumber energi fosil.

Hal ini membantu dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim global, karena energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang memproduksi karbon dioksida. Maka itu diperlukan untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK).

4. Efisiensi Energi

Energi terbarukan seringkali memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam menghasilkan listrik atau tenaga panas. Panel surya, misalnya, dapat mengubah sinar matahari menjadi listrik dengan tingkat efisiensi yang terus meningkat.

Indikator EBT (Energi Baru dan Terbarukan)

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk penggunaan energi terbarukan. Pada tahun 2025, Indonesia berencana memiliki 23% dari energi bauran yang berasal dari sumber terbarukan, dengan kapasitas produksi sekitar 400 juta ton setara minyak (MTOE).

Kemudian pada tahun 2050, targetnya adalah 31% dengan kapasitas produksi sekitar 1.012 MTOE. Berbagai target tersebut ditetapkan dengan tujuan untuk mencapai kemandirian energi nasional.

Adapun indikator EBT yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia mencakup ketersediaan (availability), aksesibilitas (accessibility), dan keterjangkauan (affordability). Ini adalah komponen kunci dalam upaya menuju transformasi energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia. Berikut rinciannya:

1. Ketersediaan (Availability)

Ketersediaan Energi mencerminkan keberadaan sumber EBT, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah sendiri telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan ketersediaan energi terbarukan di seluruh negeri.

2. Mudah Diakses (Accessibility)

Aksesibilitas adalah indikator EBT yang mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mengakses sumber energi terbarukan dan infrastruktur energi. Indonesia diketahui memiliki tantangan geografis dan geopolitik yang mempengaruhi akses listrik di beberapa daerah.

Untuk itu, Kementerian ESDM merespon dengan kebijakan percepatan elektrifikasi di daerah-daerah pedesaan, terpencil, perbatasan, dan pulau terisolir. Hal ini ditindaklanjuti dengan peningkatan pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT.

3. Terjangkau (Affordability)

Kemudian, indikator EBT yang terakhir adalah keterjangkauan atau affordability. Ini mencakup aspek biaya investasi dalam industri energi, mulai dari eksplorasi, produksi, hingga distribusi, serta biaya yang dikenakan kepada konsumen.

Salah satu tindakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 untuk mempercepat pengembangan EBT. Tujuan utamanya adalah untuk mengoptimalkan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik (BPP) sehingga dapat menghasilkan tarif listrik yang terjangkau bagi masyarakat.

Manfaat Energi Terbarukan

Karena penggunaannya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, ada banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh melalui EBT. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Meminimalisir Emisi

Salah satu manfaat utama EBT adalah tidak menghasilkan emisi karbon dan polusi udara lainnya. Kalaupun ada, maka tingkat emisinya sangat rendah, sehingga bisa membantu melindungi lingkungan.

2. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Dengan menggunakan sumber energi terbarukan, masyarakat maupun pelaku industri dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mahal dan tidak ramah lingkungan.

3. Menyelamatkan Lingkungan Hidup

Selain dapat mengurangi emisi GRK, energi terbarukan juga  dapat mengurangi polusi udara, pencemaran air, dan kerusakan ekosistem yang seringkali terkait dengan eksploitasi sumber daya berbasis fosil.

4. Mengurangi Ketergantungan pada Impor Energi

Banyak negara bergantung pada impor minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Dengan meningkatkan penggunaan EBT yang dihasilkan secara lokal, negara dapat mengurangi ketergantungannya pada impor energi dari luar.

5. Menciptakan Lapangan Kerja

Pembangunan industri energi terbarukan telah menjadi sumber penciptaan lapangan kerja yang signifikan. Misalnya, proyek tenaga angin di wilayah tertentu dapat menciptakan lapangan kerja lokal dalam jumlah besar.

6. Membantu Desentralisasi Energi

EBT juga memungkinkan desentralisasi sistem energi. Misalnya, panel surya dapat dipasang di rumah atau bangunan industri, sehingga memungkinkan individu dan bisnis untuk menghasilkan listrik sendiri tanpa bergantung ke infrastruktur pemerintah.

Pada akhirnya, energi baru dan terbarukan (EBT) adalah solusi yang tepat untuk mengatasi perubahan iklim dan lingkungan. Dengan menggunakan EBT, kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, ketergantungan bahan bakar fosil, dan melindungi lingkungan. Namun, setiap perkembangan EBT perlu konsultansi bidang energi baru dan terbarukan bersama ahli.

Untuk memaksimalkan pemanfaatan EBT di industri, Sucofindo menyediakan Jasa Pengujian Sample dan Analisis EBT untuk menganalisis indikator EBT perusahaan Anda. Untuk informasi selengkapnya, kunjungi Sucofindo atau hubungi kami sekarang! Baca juga berbagai macam informasi halaman artikel kami!

Suka dengan apa yang Anda baca?
Bagikan berita ini: