Dalam beberapa tahun terakhir, konsep keberlanjutan telah menjadi sorotan utama dalam diskusi global mengenai masa depan planet kita. Seiring dengan peningkatan kesadaran akan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, muncul berbagai kerangka kerja dan model ekonomi yang menawarkan solusi untuk beralih dari praktik yang merusak menuju sistem yang lebih regeneratif. Di antara berbagai pendekatan tersebut, ekonomi sirkular dan ekonomi donat sering kali disebut-sebut sebagai dua pilar utama dalam membangun masa depan yang lebih hijau dan adil. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama yakni menciptakan sistem ekonomi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, mereka menawarkan perspektif dan fokus yang berbeda dalam mencapai tujuan tersebut. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan mendasar antara kedua konsep ini, menyoroti bagaimana masing-masing berkontribusi pada visi ekonomi yang lebih baik bagi manusia dan bumi.
Ekonomi Sirkular dan Ekonomi Donat: Dua Pendekatan untuk Masa Depan Berkelanjutan
Memahami Ekonomi Sirkular
Ekonomi sirkular adalah sebuah model ekonomi yang fundamental berbeda dari pendekatan linear tradisional “ambil-buat-buang”. Tujuannya adalah untuk secara drastis mengurangi limbah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Dalam model ini, produk, komponen, dan material dirancang untuk tetap berada dalam siklus ekonomi selama mungkin, sehingga ketergantungan pada bahan baku baru berkurang dan dampak lingkungan diminimalisir. Prinsip utamanya berakar pada “3R”: Mengurangi konsumsi sumber daya dan produksi limbah sejak tahap desain, Menggunakan Kembali produk dan komponen untuk memperpanjang masa pakainya melalui perbaikan atau pemanfaatan ulang, serta Mendaur Ulang limbah menjadi bahan baku baru. Lebih dari sekadar 3R, ekonomi sirkular juga menekankan desain untuk sirkularitas agar produk mudah dibongkar dan didaur ulang, mendorong model bisnis inovatif seperti penyewaan atau layanan produk yang mengutamakan penggunaan ketimbang kepemilikan, dan mempromosikan regenerasi sistem alam melalui praktik yang restoratif. Singkatnya, ekonomi sirkular adalah pendekatan komprehensif untuk memproduksi dan mengonsumsi barang serta jasa secara efisien dan berkelanjutan, yang pada akhirnya menutup lingkaran material dan energi.
Memahami Ekonomi Donat
Ekonomi Donat adalah sebuah kerangka kerja visual inovatif untuk pembangunan berkelanjutan yang diperkenalkan oleh ekonom Kate Raworth. Dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai donat, model ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia di mana kebutuhan dasar manusia (fondasi sosial) terpenuhi tanpa melampaui batas-batas ekologis planet. Konsep ini memiliki dua batas utama: lingkaran dalam yang mewakili fondasi sosial, yang terdiri dari 12 dimensi minimum kesejahteraan manusia yang harus dicapai agar tidak ada seorang pun yang tertinggal, seperti akses terhadap makanan, air, kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender. Di sisi lain, lingkaran luar menandakan batas ekologis planet yang tidak boleh dilampaui yaitu sembilan batas yang esensial untuk menjaga bumi tetap aman dan stabil bagi kehidupan, termasuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Area di antara kedua lingkaran inilah yang disebut sebagai “ruang aman dan adil bagi umat manusia,” di mana tujuannya adalah agar setiap individu dapat hidup sejahtera tanpa merusak sistem pendukung kehidupan planet kita.
Meskipun Ekonomi Sirkular dan Ekonomi Donat merupakan konsep yang berbeda, keduanya memiliki korelasi kuat dan saling melengkapi dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Ekonomi Sirkular bertindak sebagai alat vital untuk mewujudkan Ekonomi Donat. Dengan mengurangi penggunaan sumber daya, meminimalkan limbah, dan meregenerasi sistem alam, ekonomi sirkular secara langsung membantu kita tetap berada dalam batas ekologis (lingkaran luar donat), mengurangi tekanan pada planet seperti perubahan iklim atau hilangnya keanekaragaman hayati. Selain itu, dengan mendorong model bisnis yang lebih efisien dan berkelanjutan, ekonomi sirkular juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan akses sumber daya, secara tidak langsung mendukung pemenuhan fondasi sosial (lingkaran dalam donat).
Sebaliknya, Ekonomi Donat berfungsi sebagai tujuan dan kerangka kontekstual bagi Ekonomi Sirkular. Ekonomi Donat memberikan gambaran besar tentang visi yang ingin dicapai: sebuah dunia di mana semua orang dapat hidup sejahtera dalam batas-batas planet. Dalam konteks ini, ekonomi sirkular adalah salah satu cara penting untuk mencapai visi tersebut, layaknya “kompas” atau “peta” yang menunjukkan arah, sedangkan ekonomi sirkular adalah “kendaraan” utama untuk sampai ke sana. Kerangka Ekonomi Donat juga esensial untuk menghindari rebound effect, di mana efisiensi material yang lebih tinggi justru memicu peningkatan konsumsi keseluruhan. Dengan demikian, Ekonomi Donat mengingatkan kita bahwa tujuan akhir bukan hanya efisiensi material, tetapi juga mencapai kesejahteraan menyeluruh dalam batas-batas yang dapat didukung oleh planet.
Saling Keterkaitan dan Sinergi: Menjalin Ekonomi Sirkular dan Ekonomi Donat
Meskipun Ekonomi Sirkular dan Ekonomi Donat seringkali dibahas terpisah, keduanya bukanlah konsep yang berdiri sendiri. Sebaliknya, mereka memiliki hubungan yang sangat erat, saling mendukung, dan bersinergi untuk mewujudkan masa depan yang benar-benar berkelanjutan. Ekonomi Sirkular dapat dilihat sebagai salah satu strategi operasional yang kuat untuk mencapai visi holistik yang digambarkan oleh Ekonomi Donat.
Bagaimana Ekonomi Sirkular Mendukung Ekonomi Donat?
Ekonomi sirkular memainkan peran krusial dalam membantu kita beroperasi dalam “ruang aman dan adil” yang didefinisikan oleh Ekonomi Donat, baik dari sisi ekologis maupun sosial. Konsep ini secara langsung berkontribusi pada upaya kita untuk tetap berada di bawah batas ekologis (lingkaran luar donat) dengan mengurangi tekanan signifikan pada sistem planet.
Praktik sirkularitas, seperti mengurangi ketergantungan pada bahan baku primer, mengoptimalkan penggunaan material, dan mendaur ulang, secara signifikan memangkas emisi gas rumah kaca yang terkait dengan ekstraksi, produksi, dan pembuangan. Ini esensial untuk mengatasi batas perubahan iklim. Selain itu, praktik ini mengurangi volume limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau mencemari lingkungan, membantu menjaga batas pencemaran kimia dan perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, perusahaan seperti Philips di dunia telah beralih ke model “lighting-as-a-service,” di mana mereka mempertahankan kepemilikan lampu dan bertanggung jawab penuh atas perawatan serta daur ulang di akhir masa pakainya. Ini mengurangi kebutuhan produksi lampu baru, menghemat material, dan meminimalkan limbah, yang pada gilirannya mengurangi emisi karbon dan tekanan pada sumber daya alam. Di Indonesia, startup seperti Waste4Change atau Rekosistem yang fokus pada pengelolaan sampah terpilah dan daur ulang, juga berkontribusi nyata. Dengan meningkatkan tingkat daur ulang, mereka mengurangi jumlah sampah di TPA, mencegah emisi metana, dan menghemat penggunaan sumber daya baru, yang semuanya berkontribusi pada batas perubahan iklim dan penggunaan lahan.
Lebih lanjut, praktik sirkularitas juga berkontribusi pada konservasi sumber daya dan keanekaragaman hayati. Dengan mengurangi ekstraksi sumber daya alam yang seringkali merusak habitat, serta menggunakan kembali atau mendaur ulang material yang sudah ada, tekanan terhadap ekosistem hutan, pertambangan, dan lautan dapat dikurangi. Contohnya, di tingkat global, industri tekstil kini beralih ke daur ulang tekstil dari limbah pasca-konsumsi, seperti yang dilakukan oleh Renewcell di Swedia. Ini mengurangi kebutuhan akan kapas atau serat sintetis baru, sehingga mengurangi dampak negatif pertanian monokultur atau produksi petrokimia yang merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati. Di Indonesia, beberapa merek fesyen lokal juga mulai menggunakan kain daur ulang atau serat dari limbah pertanian, meskipun masih dalam skala kecil, ini menunjukkan upaya untuk mengurangi tekanan pada lahan dan meminimalkan pencemaran air dari proses produksi tekstil baru.
Selain dampak ekologis, ekonomi sirkular juga memiliki potensi besar untuk memperkuat fondasi sosial (lingkaran dalam donat) dengan menciptakan peluang dan akses yang lebih adil bagi masyarakat. Transisi menuju ekonomi sirkular membuka lapangan kerja baru di sektor perbaikan, daur ulang, logistik terbalik, desain sirkular, dan layanan produk. Pekerjaan ini seringkali bersifat lokal dan membutuhkan keterampilan baru. Pusat-pusat perbaikan (repair cafes) yang berkembang di berbagai kota di Eropa adalah contoh nyata bagaimana inisiatif ini tidak hanya memperpanjang masa pakai produk tetapi juga membangun komunitas dan mempromosikan keterampilan. Di Indonesia, banyaknya pengepul atau bank sampah di tingkat komunitas merupakan bagian integral dari rantai daur ulang. Meskipun seringkali informal, mereka menciptakan lapangan kerja bagi ribuan individu, memberikan pendapatan, dan berkontribusi pada fondasi pekerjaan. Program pemberdayaan perempuan dalam daur ulang sampah juga secara langsung meningkatkan kesetaraan gender dan jaringan sosial.
Model bisnis sirkular seperti penyewaan produk atau penjualan barang bekas/rekondisi dapat membuat barang dan jasa menjadi lebih terjangkau, sehingga meningkatkan akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Produk yang dirancang untuk tahan lama dan mudah diperbaiki juga mengurangi beban finansial jangka panjang bagi konsumen. Platform sewa pakaian atau alat-alat rumah tangga di berbagai belahan dunia memungkinkan masyarakat menggunakan produk tanpa harus membeli, mengurangi biaya kepemilikan secara signifikan. Di Indonesia, kepopuleran pasar barang bekas (thrift store) yang menyediakan pakaian layak pakai dengan harga terjangkau mencerminkan prinsip “reuse” dan meningkatkan akses pakaian bagi masyarakat. Beberapa startup juga mulai menjajaki model sewa barang elektronik atau perkakas, yang dapat meningkatkan akses bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau individu.
Pada akhirnya, memahami perbedaan dan sinergi antara Ekonomi Sirkular dan Ekonomi Donat sangatlah krusial dalam upaya kita mencapai pembangunan berkelanjutan yang sejati. Ekonomi Sirkular memberikan peta jalan operasional untuk mengelola sumber daya dengan efisien dan bertanggung jawab, sementara Ekonomi Donat menawarkan kerangka tujuan yang komprehensif, memastikan bahwa semua upaya kita tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga adil secara sosial. Keduanya saling melengkapi: sirkularitas membantu kita tetap dalam batas ekologis dan sosial, sementara kerangka donat memastikan bahwa sirkularitas kita terarah pada kesejahteraan manusia dan planet secara keseluruhan.
Bagi Anda yang ingin mendalami dampak lingkungan dari produk atau aktivitas bisnis secara lebih detail, pendekatan Evaluasi Siklus Hidup (Life Cycle Assessment/LCA) adalah metode yang sangat relevan. LCA menganalisis dampak lingkungan mulai dari tahap produksi, penggunaan, hingga pembuangan akhir, memberikan gambaran holistik yang penting untuk transisi menuju ekonomi sirkular dan pencapaian tujuan Ekonomi Donat. Jika organisasi Anda membutuhkan bantuan dalam melakukan studi LCA yang akurat dan komprehensif, Anda dapat menghubungi SUCOFINDO sebagai lembaga yang terpercaya di bidang ini.