Artikel

Melacak Perkembangan Smelter Bauksit di Indonesia

Sebagai salah satu kekayaan alam yang tak terbarukan, sumber daya bauksit memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Itu sebabnya, perkembangan fasilitas smelter bauksit di Indonesia menjadi prioritas banyak pihak, terutama pemerintah.

Namun meskipun pembangunan terus dilakukan, perkembangan berbagai fasilitas smelter tersebut mengalami kendala di beberapa tempat. Oleh karena itu, ketahui seperti apa rinciannya melalui ulasan lengkap berikut ini.

Apa itu Bauksit?

Pertama-tama, sebaiknya ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bauksit. Bauksit adalah bijih mineral yang mengandung aluminium. Ini terbentuk sebagai hasil dari proses pelapukan batuan, khususnya batuan beku dan sedimen, di bawah pengaruh iklim tropis yang lembab.

Kandungan utama dalam bauksit adalah hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida, bersama dengan sedikit oksida besi, mineral tanah liat kaolinit, dan kadang-kadang mengandung anatase Tio2.

Bauksit memiliki berbagai penggunaan yang signifikan, terutama dalam produksi aluminium. Di Indonesia sendiri, bauksit pertama kali ditemukan di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, pada tahun 1924. Sejak itu, bauksit telah menjadi salah satu sumber daya mineral yang penting dalam industri pertambangan di negara ini.

Sementara itu, smelter atau  pabrik peleburan bauksit, adalah fasilitas industri yang digunakan untuk mengolah bauksit mentah menjadi produk yang lebih murni, seperti alumina.

Proses di dalam smelter melibatkan ekstraksi aluminium dari bauksit dengan memisahkan komponen-komponennya yang tidak diinginkan, seperti oksida besi dan mineral tanah liat. Hasil akhir dari proses ini adalah alumina, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi aluminium.

Pembangunan Fasilitas Smelter Bauksit di Indonesia

Pembangunan fasilitas smelter untuk pemurnian bauksit di Indonesia merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah mineral bauksit dari pertambangan dalam negeri. Berikut ini ulasan tentang perkembangannya:

1. Smelter yang Telah dan Sedang Dibangun.

Saat ini, ada 4 fasilitas smelter yang sebenarnya telah selesai dibangun dan beroperasi. Sementara itu, ada 8 smelter lainnya yang masih dalam tahap konstruksi dan belum bisa diselesaikan pembangunannya karena berbagai kendala, yaitu:

  1. PT Borneo Alumina Indonesia – Mempawah, Kalbar: 23,67%
  2. PT Laman Mining – Ketapang, Kalbar: 32,39%
  3. PT Kalbar Bumi Perkasa – Sanggau, Kalbar: 37,25%
  4. PT Sumber Bumi Marau – Ketapang, Kalbar: 50,05%
  5. PT Persada Pratama Cemerlang – Sanggau, Kalbar: 52,62%
  6. PT Parenggean Makmur Sejahtera – Kotawaringin Timur, Kalteng: 58,13%
  7. PT Dinamika Sejahtera Mandiri – Sanggau, Kalbar: 58,55%
  8. PT Quality Sukses Sejahtera – Sanggau, Kalbar: 65,65%

2. Kendala Kurangnya Investasi untuk Pembangunan Smelter

Meskipun pembangunan smelter bauksit memiliki potensi besar, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi oleh pemerintah Indonesia. Salah satu masalah pertama adalah besarnya nilai investasi yang diperlukan.

Menurut Ronald Sulistyanto, Pelaksana Harian Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I), untuk mendirikan satu smelter saja diperlukan modal hingga US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 18,2 triliun. Investasi sebesar ini dapat menjadi hambatan bagi investor, terutama investor domestik.

Kemudian, tantangan lainnya adalah dominasi investor asing dalam pembangunan smelter bauksit di Indonesia. Hingga saat ini, tidak ada investor domestik yang berani berinvestasi pada pembangunan fasilitas smelter dalam negeri.

Hal ini menunjukkan pentingnya berupaya mencari jalan keluar untuk melibatkan investor domestik dalam pengembangan sektor ini. Semakin lancar dana investasinya, akan semakin lancar pula proses pembangunan fasilitas smelter terkait.

3. Kendala Perizinan untuk Pembangunan Smelter

Masalah atau kendala kedua adalah dari segi perizinan. Ketidakpastian terkait Izin Usaha Pertambangan (IUP) dapat membuat investor ragu-ragu, dan beberapa proyek bahkan mengalami pencabutan izin. Keadaan ini menciptakan ketidakpastian hukum yang dapat menghambat investasi.

4. Kendala Verifikasi Progres Pembangunan Smelter

Selain tantangan investasi dan perizinan, ada masalah lain yang perlu diperhatikan, yaitu perbedaan antara progres pembangunan yang dilaporkan dan hasil verifikasi di lapangan.

Data terbaru mencatat bahwa saat ini ada 5 pembangunan smelter bauksit dengan progres di atas 50 persen, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan laporan verifikator independen. Perbedaan ini dapat mempengaruhi kebijakan terkait relaksasi ekspor.

5. Dampak Positif Pembangunan Smelter

Di sisi lain, terlepas dari berbagai kendala di atas, pembangunan fasilitas smelter sebenarnya memiliki implikasi atau dampak positif yang signifikan. Produksi bijih bauksit di Indonesia saat ini mencapai 58 juta ton per tahun, padahal fasilitas pengolahan Smelter Grade Alumina (SGA) yang ada baru sebatas 2 unit saja.

Kebijakan larangan ekspor bijih bauksit yang mulai diberlakukan pada Juni 2023 ini juga semakin memperkuat urgensi pembangunan smelter. Dengan hilirisasi, pendapatan negara diprediksi dapat meningkat secara substansial, dari Rp 21 triliun menjadi sekitar Rp 62 triliun per tahunnya.

Larangan Ekspor Bahan Mineral Mentah Bauksit

Meskipun dihadapkan pada sejumlah tantangan, potensi bahan baku bauksit di Indonesia sangat besar, terutama dalam meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja.

Karena itu, Indonesia sebagai salah satu produsen terkemuka bauksit di dunia telah mengambil langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sektor ini. Salah satu tindakan pemerintah adalah melarang ekspor bahan mineral mentah bauksit. Berikut poin penting yang perlu Anda ketahui terkait pelarangan tersebut:

1. Dasar Penetapan Kebijakan Larangan Ekspor

Larangan ekspor bahan mineral mentah bauksit didasarkan pada kebijakan Presiden Jokowi yang memperkuat ketentuan UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Kebijakan ini mewajibkan pengembangan hilirisasi melalui pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di dalam negeri.

2. Implikasi Larangan Ekspor

Larangan ekspor bauksit ini memiliki sejumlah dampak positif yang signifikan pada berbagai aspek, termasuk di antaranya yaitu:

  1. Peningkatan Nilai Tambah: Dengan memaksa pengolahan bauksit menjadi alumina melalui smelter di dalam negeri, larangan ekspor ini meningkatkan nilai tambah produk mineral.
  2. Peningkatan Pendapatan Negara: Melalui hilirisasi bauksit, penerimaan negara diperkirakan dapat meningkat secara substansial, dari Rp 21 triliun menjadi sekitar Rp 62 triliun per tahun.
  3. Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan fasilitas smelter juga ikut menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pembangunan infrastruktur.

3. Tantangan dalam Pelaksanaan Larangan Ekspor

Meskipun larangan ekspor memiliki banyak manfaat, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Tantangan utama adalah besarnya nilai investasi yang diperlukan untuk pembangunan smelter yang sebagian besar masih terhambat.

4 Smelter Bauksit Indonesia

Kabar baiknya, sekarang sudah ada 4 smelter yang berhasil dibangun dan sudah beroperasi di Indonesia, di antaranya termasuk:

  • PT Indonesia Chemical Alumina (ICA)
  • PT Well Harvest Winning Alumina Refinery
  • PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (ekspansi)
  • PT Bintan Alumina Indonesia.

Salah satu smelter yang performanya paling signifikan adalah PT Well Harvest Winning (PT WHW) di Ketapang, Kalimantan Barat. Ini merupakan Smelter Grade Alumina (SGA) refinery pertama di Indonesia sekaligus terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 2 juta ton alumina per tahun.

Nilai investasi yang mencapai USD 1 miliar ini tidak hanya membantu  menciptakan lapangan kerja, tetapi juga ikut  menyumbangkan pendapatan negara sebesar Rp 367 miliar pada tahun 2018 hingga 2019 kemarin.

Keberhasilan keempat pabrik smelter bauksit ini menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral tersebut. Jika industri Anda bergerak dalam bidang pertambangan bauksit, tingkatkan sektor bisnis pertambangan bersama Sucofindo untuk memverifikasi kredibilitas bisnis Anda dengan cara hubungi kami!

Artikel Lainnya

Suka dengan apa yang Anda baca?
Bagikan berita ini:

Berita Terkait