Artikel

Climate Quitting: Fenomena Global Pendukung Green Movement

Di era di mana perubahan iklim menjadi ancaman nyata, pilihan karier tidak lagi sekadar soal gaji dan prestise. Generasi muda kini mencari lebih dari sekadar pekerjaan; mereka ingin berkontribusi pada masa depan yang lebih baik. Salah satu tren yang menarik perhatian adalah climate quitting. Apa itu climate quitting dan mengapa fenomena ini semakin populer?

Climate quitting adalah sebuah tren di mana individu memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan mereka karena perusahaan tempat mereka bekerja tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap lingkungan atau praktik bisnis yang berkelanjutan. Istilah ini menggabungkan kepedulian terhadap perubahan iklim (climate) dengan tindakan tegas untuk meninggalkan pekerjaan (quitting).

Kenapa Climate Quitting Bisa Terjadi?

Generasi muda, khususnya, semakin peduli dengan isu lingkungan dan keberlanjutan. Mereka ingin bekerja di perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka yang ramah lingkungan dan mendukung gerakan hijau. Ketika mereka merasa bahwa perusahaan tempat mereka bekerja tidak cukup melakukan upaya untuk mengatasi perubahan iklim atau memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, mereka memilih untuk mengundurkan diri.

Namun, di belakang fenomena ini, ada beberapa hal yang membuat climate quitting semakin populer, seperti: 

Nilai-nilai Pribadi

Banyak individu yang merasa bahwa pekerjaan mereka harus memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar mencari nafkah. Mereka ingin bekerja di perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, seperti keadilan sosial dan lingkungan.

Tekanan sosial media
Media sosial telah memperkuat kesadaran akan isu lingkungan dan mendorong individu untuk berbagi tindakan mereka. Ini menciptakan semacam gerakan sosial yang membuat orang merasa terdorong untuk mengambil tindakan, termasuk dalam memilih pekerjaan.

Kurangnya tindakan dari perusahaan

Banyak perusahaan belum menunjukkan komitmen yang cukup terhadap lingkungan. Hal ini membuat karyawan merasa frustasi dan tidak puas dengan pekerjaan mereka.

Mengapa Semua Perusahaan Harus Peduli Terhadap Climate Quitting? 

Fenomena climate quitting membawa sejumlah dampak signifikan bagi perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun panjang. 

Karyawan yang memilih untuk climate quitting seringkali merupakan individu yang memiliki keterampilan tinggi dan nilai-nilai yang kuat. Kehilangan mereka dapat menghambat pertumbuhan perusahaan dan inovasi.

Selain itu, keputusan karyawan untuk meninggalkan perusahaan karena alasan lingkungan dapat merusak reputasi perusahaan di mata publik, terutama di kalangan konsumen yang peduli lingkungan. Hal ini dapat berdampak negatif pada citra merek dan kepercayaan konsumen.

Dampak yang akan paling terasa dengan fenomena climate quitting adalah harga operasional yang akan meningkat jauh. Mengganti karyawan yang mengundurkan diri membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, perusahaan juga perlu mengalokasikan anggaran untuk memperbaiki praktik bisnis yang tidak berkelanjutan.

Apa Yang Bisa Dilakukan Perusahaan Untuk Mendukung Gerakan Ini?

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan lama ataupun perusahaan baru untuk mendukung gerakan hijau climate quitting. Beberapa diantaranya adalah dengan mencari sertifikasi green building dan sertifikasi green industry.

Sertifikasi Green Building adalah suatu sistem penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan suatu bangunan. Bangunan yang telah bersertifikat green building umumnya memiliki efisiensi energi yang tinggi, menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, dan memiliki sistem pengelolaan limbah yang baik. Di Indonesia, beberapa lembaga sertifikasi green building yang bisa Anda kenali lebih lanjut adalah Sucofindo. 

Selain sertifikat green building, perusahaan juga bisa mencari tahu tentang sertifikasi green industry. Sertifikasi Industri Hijau adalah suatu pengakuan terhadap perusahaan yang telah menerapkan praktik produksi yang ramah lingkungan. Perusahaan yang bersertifikat industri hijau umumnya memiliki efisiensi energi yang tinggi, mengurangi limbah, dan menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan. Di Indonesia, Kementerian Perindustrian berperan penting dalam mendorong penerapan sertifikasi industri hijau.

Climate quitting bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang peluang. Munculnya fenomena ini menandakan lahirnya sektor ekonomi hijau yang menjanjikan. Perusahaan yang mampu beradaptasi dan berinovasi di bidang keberlanjutan akan menjadi pemimpin di masa depan. Bagi individu, ini adalah kesempatan untuk membangun karier yang bermakna dan berkontribusi pada solusi krisis iklim.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Artikel Lainnya

Suka dengan apa yang Anda baca?
Bagikan berita ini:

Berita Terkait